Terungkap Sederet Alasan Banyak Gen Z Ogah Nikah dan Punya Anak
Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena meningkatnya jumlah generasi Z (Gen Z) yang enggan untuk menikah dan memiliki anak menjadi sorotan banyak pihak. Berbagai survei dan penelitian menunjukkan bahwa ketidaktersediaan mereka untuk mengambil langkah besar dalam kehidupan pribadi ini didorong oleh berbagai alasan yang kompleks.
Salah satu alasan utama yang diungkapkan adalah perubahan nilai dan prioritas hidup. Gen Z, yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan informasi, cenderung lebih menghargai kebebasan dan otonomi pribadi. Banyak dari mereka menganggap bahwa menikah dan memiliki anak dapat membatasi peluang untuk mengeksplorasi passion, karier, dan pengalaman hidup lainnya.
Selain itu, faktor ekonomi juga turut mempengaruhi keputusan mereka. Dengan meningkatnya biaya hidup, pendidikan, dan perumahan, banyak Gen Z merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup sumber daya finansial untuk membesarkan anak. Ditambah lagi, dampak pandemi COVID-19 yang memberikan ketidakpastian ekonomi masih terasa di kalangan mereka.
Faktor lingkungan juga menjadi perhatian. Banyak Gen Z yang khawatir tentang masa depan planet ini, dengan isu-isu seperti perubahan iklim dan keberlanjutan menjadikan mereka lebih skeptis tentang membawa generasi baru ke dunia yang penuh tantangan.
Tidak kalah penting, pengaruh media sosial dan budaya pop juga membentuk pandangan mereka tentang kehidupan berkeluarga. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, mereka sering melihat gaya hidup bebas dan tidak terikat yang dipromosikan, membuat kehidupan lajang terlihat lebih menarik dibandingkan dengan komitmen jangka panjang.
Akhirnya, stigma seputar pernikahan dan parenting juga berubah. Banyak Gen Z yang melihat teman-teman mereka yang masih lajang dan bahagia, sehingga mereka tidak merasa tertekan untuk mengikuti norma sosial yang ada.
Dengan segala alasan ini, tak heran jika banyak Gen Z yang lebih memilih untuk fokus pada pengembangan diri, karir, dan pengalaman hidup ketimbang terikat dalam institusi pernikahan dan membesarkan anak. Seolah menjadi generasi yang lebih memilih untuk merancang hidup mereka sendiri sesuai dengan keinginan dan nilai-nilai yang mereka anut.
,