Ramai Para Istri di Malaysia Gugat Cerai Suami, Menikah Tapi Merasa Kesepian

Bertita Terbaru: Ramai Para Istri di Malaysia Gugat Cerai Suami, Menikah Tapi Merasa Kesepian

Kuala Lumpur, Malaysia – Dalam beberapa bulan terakhir, fenomena yang mengejutkan muncul di Malaysia, di mana semakin banyak wanita yang mengajukan gugatan cerai meskipun mereka sudah menikah. Kejadian ini semakin mengemuka seiring dengan meningkatnya laporan tentang perasaan kesepian di kalangan para istri, yang seharusnya menemukan kebahagiaan dalam pernikahan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga riset sosial menunjukkan bahwa sekitar 30% istri yang disurvei merasa kesepian dalam pernikahan mereka. Banyak dari mereka melaporkan bahwa suami mereka lebih fokus pada pekerjaan atau hobi pribadi, sehingga mengabaikan kebutuhan emosional pasangan. Hal ini menimbulkan rasa frustrasi dan mendorong mereka untuk mencari kebahagiaan di luar pernikahan, yang sering kali berujung pada keputusan untuk bercerai.

Psikolog keluarga, Dr. Siti Nurhaliza, menjelaskan bahwa pernikahan yang sehat seharusnya menjadi sumber dukungan dan kebahagiaan. “Ketika salah satu pasangan merasa terabaikan, pernikahan bisa menjadi sumber penderitaan daripada kebahagiaan,” katanya. “Komunikasi yang baik dan perhatian satu sama lain adalah kunci untuk mengatasi rasa kesepian.”

Selain faktor kesepian, banyak wanita juga menyatakan bahwa ketidakpuasan terhadap peran tradisional dalam rumah tangga menjadi penyebab lain dari keputusan untuk bercerai. Sebagian dari mereka merasa beban rumah tangga tidak dibagi secara adil, dan mereka harus menjalani peran ganda sebagai ibu dan pekerja tanpa dukungan yang cukup dari pasangan.

Dalam konteks sosial yang lebih luas, fenomena ini mencerminkan perubahan nilai dan harapan dalam masyarakat Malaysia. Banyak perempuan kini lebih mandiri dan memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap kualitas hubungan mereka. Seiring dengan kemajuan dalam pendidikan dan karir, mereka lebih memilih untuk hidup sendiri daripada terjebak dalam hubungan yang tidak memuaskan.

Pihak berwenang dan organisasi non-pemerintah juga mulai mencermati isu ini, dengan beberapa program dukungan diadakan untuk membantu pasangan dalam membangun kembali komunikasi dan keintiman dalam pernikahan mereka. Namun, bagi sebagian istri, langkah untuk menggugat cerai menjadi pilihan akhir untuk menemukan kebahagiaan dan kedamaian.

Sementara itu, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami pentingnya menghargai peran masing-masing dalam sebuah hubungan serta menjaga keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi. Melalui pendekatan yang lebih terbuka dan saling mendukung, diharapkan jumlah perceraian dapat berkurang dan setiap individu, baik suami maupun istri, dapat merasa dihargai dan dicintai dalam pernikahan mereka.

,

Updated: 4 April 2025 — 12:36 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *