KOMPAS.com – Fenomena astronomi berupa puncak hujan meteor Lyrid akan menyambangi Bumi pada tanggal 21-22 April 2025. Berdasarkan informasi dari Live Science, hujan meteor ini dapat diamati di seluruh langit malam.
Pada saat puncak hujan meteor Lyrid, sekitar 18 "bintang jatuh" dapat terlihat setiap jam selama malam yang cerah. Hujan meteor ini dinamakan sesuai dengan konstelasi Lyra, yang merupakan sumber dari hujan meteor tersebut.
Para astronom menyebut Lyra sebagai titik pancaran hujan meteor, dan konstelasi ini, yang memiliki bintang terang Vega, dapat dilihat di arah timur saat malam mulai gelap.
Baca juga: Beragam Fenomena Astronomi yang Muncul pada April 2025.
Penyebab Hujan Meteor Lyrid
Menurut informasi dari Space, hujan meteor Lyrid disebabkan oleh puing-puing atau debu yang ditinggalkan oleh komet Thatcher. Ketika Bumi melewati area yang kaya dengan puing-puing komet dalam orbitnya mengelilingi Matahari, fenomena hujan meteor ini pun terjadi.
Puing-puing tersebut terbakar saat memasuki atmosfer Bumi, menghasilkan "bintang jatuh" yang menakjubkan dan melintas di langit. Inilah sebabnya hujan meteor terjadi pada waktu yang sama setiap tahun dan tampaknya berasal dari titik tertentu di langit. Lyrid adalah salah satu hujan meteor tertua yang tercatat, sudah diamati sejak tahun 687 SM.
Komet Thatcher sendiri merupakan komet periode panjang yang ditemukan oleh seorang astronom amatir, Alfred E. Thatcher. Komet ini memiliki periode orbit sekitar 415,5 tahun, dan terakhir kali mendekati Matahari pada tahun 1861.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Bumi Berhenti Berputar? Berikut 5 Dampaknya.
Proses Penemuan Komet Thatcher
Alfred Thatcher menemukan komet ini pada tanggal 5 April 1861, dan saat ini dikenal dengan sebutan C/1861 G1 atau Thatcher. Saat ditemukan, komet tersebut berada di arah kutub utara langit, menuju konstelasi Draco. Alfred Thatcher menggunakan teleskop berdiameter 4,5 inci dengan pembesaran 30 kali untuk melihat komet tersebut.
.