Prediabetes adalah kondisi yang dapat dikelola untuk mencegah perkembangan diabetes tipe 2. Sayangnya, kondisi ini sering tidak terdeteksi, terutama di kalangan orang dewasa muda. Sebuah penelitian terbaru di Jawa Timur mengungkap bahwa lebih dari setengah (54,8%) dewasa muda di kawasan tersebut mengalami prediabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkontribusi terhadap prediabetes pada individu berusia 19-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti usia, kebiasaan berolahraga, tingkat aktivitas, berat badan, lingkar pinggang, indeks massa tubuh (BMI), dan obesitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian prediabetes. Selain itu, studi ini menemukan bahwa prevalensi prediabetes lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan pedesaan. Data sebelumnya menunjukkan bervariasinya prevalensi prediabetes di Indonesia tergantung pada wilayah. Penelitian lain di Jawa Tengah mencatat angka 17,14%, sedangkan di Jawa Timur, penelitian pada populasi yang lebih tua menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi di daerah pegunungan (83,3%) dibandingkan dengan daerah pesisir (43,4%) dan perkotaan (73,4%).
Salah satu temuan utama penelitian ini adalah bahwa risiko prediabetes meningkat dua kali lipat seiring bertambahnya usia. Temuan serupa juga ada di Amerika Serikat dan Inggris, di mana prevalensi prediabetes melebihi 30%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, tubuh semakin sulit untuk mengatur kadar gula darah dengan baik. Selain usia, faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik dan pola makan juga berpengaruh. Orang dengan tingkat aktivitas rendah cenderung lebih rentan terhadap prediabetes dibandingkan mereka yang aktif. Kondisi ini diperburuk oleh kebiasaan makan yang tidak sehat di daerah perkotaan, termasuk konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis yang tinggi gula.
Pada penelitian ini, peserta dengan prediabetes cenderung memiliki BMI yang lebih tinggi dan lingkar pinggang yang melebihi batas normal. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian di Meksiko, yang menunjukkan bahwa 70% orang dewasa mengalami obesitas menurut pengukuran BMI atau lingkar pinggang. Obesitas adalah faktor risiko utama untuk prediabetes karena dapat memicu resistensi insulin dan meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular. Hasil studi ini juga menandakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang prediabetes berkontribusi pada tingginya prevalensi kondisi ini. Banyak individu tidak menyadari mereka memiliki prediabetes hingga kondisi tersebut berkembang menjadi diabetes tipe 2. Oleh karena itu, edukasi mengenai faktor risiko dan pencegahan prediabetes sangat penting.
Demi menanggulangi tingginya angka prediabetes di kalangan dewasa muda, strategi pencegahan yang lebih intensif perlu diterapkan. Salah satu langkah penting adalah melakukan skrining kadar gula darah secara berkala, terutama bagi individu dengan faktor risiko tinggi. Selain itu, perubahan gaya hidup seperti meningkatkan aktivitas fisik, mengontrol berat badan, dan menjaga pola makan yang sehat dapat membantu mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2. Penelitian ini menekankan pentingnya kesadaran mengenai prediabetes dan perlunya langkah-langkah pencegahan yang lebih luas. Dengan memahami faktor risiko dan mengambil tindakan preventif, diharapkan angka kejadian prediabetes di kalangan dewasa muda dapat ditekan sehingga risiko komplikasi kesehatan di masa depan dapat diminimalkan.
Penulis: Ika Nur Pratiwi, Ika Yuni Widyawati, Nursalam Nursalam, Zulfayandi Pawanis, Arina Qonaah, dan Bih-O Lee
.