Merkurius, planet terkecil dan terdekat dengan Matahari dalam sistem tata surya, mungkin menyimpan misteri luar biasa di balik lapisan permukaannya yang terbakar, yaitu sebuah lapisan berlian dengan ketebalan 17 km.
Sebuah penelitian inovatif yang dipimpin oleh ahli material planet, Dr. Yanhao Lin, dan diterbitkan di jurnal Nature Communications, mengungkapkan bahwa di bawah kondisi ekstrem di Merkurius, karbon yang terperangkap dalam mantel planet ini dapat bertransformasi menjadi berlian, membentuk cangkang kristal padat yang mengelilingi inti logamnya.
Asal Usul Kekayaan Karbon dan Pembentukan Berlian
Permukaan Merkurius banyak terdapat grafit, salah satu bentuk alotrop karbon, yang menunjukkan bahwa kerak planet tersebut dulunya mungkin berada di atas lautan magma yang kaya akan karbon. Ketika lautan ini mulai mendingin, karbon yang lebih ringan akan mengapung ke permukaan, sedangkan karbon yang lebih berat akan tenggelam ke dalam inti planet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah tekanan yang melebihi 5,5 GPa dan suhu mendekati 1.982°C, para peneliti menemukan bahwa karbon yang terperangkap dapat bertransformasi menjadi berlian di batas inti dan mantel Merkurius.
“Beberapa tahun yang lalu, saya mulai menyadari bahwa tingginya kadar karbon di Merkurius bisa memiliki implikasi yang signifikan,” ujar Dr. Lin kepada The Daily Galaxy.
“Hal ini membuat saya berpikir bahwa ada sesuatu yang unik terjadi di dalam planet ini,” tambahnya.
Percobaan dengan tekanan tinggi yang mereka lakukan juga mempertimbangkan pengaruh sulfur, yang dapat menurunkan titik leleh lautan magma Merkurius dan mendukung pembentukan berlian. Dalam kondisi ini, berlian menjadi cukup stabil untuk terakumulasi dan membentuk lapisan unik yang bisa mencapai ketebalan hingga 18 km di sekitar inti Merkurius.
Kunci Potensi Medan Magnet Merkurius
Berbeda dengan objek luar angkasa kecil lainnya, Merkurius masih memiliki medan magnet yang kuat, yang mengejutkan banyak ilmuwan mengingat ukurannya yang kecil. Menurut Lin, konduktivitas termal yang tinggi dari berlian dapat membantu menjelaskan fenomena ini.
Saat karbon mendingin dan bertransformasi menjadi berlian, proses ini meningkatkan efisiensi perpindahan panas dari inti Merkurius ke mantelnya, menjaga gradien termal yang esensial untuk mendukung dinamo magnetik planet tersebut.
“Konduktivitas termal yang tinggi dari berlian berperan penting dalam memindahkan panas dari inti ke mantel, yang berdampak pada konveksi di inti serta membantu memelihara medan magnet,” ujarnya.
Mekanisme ini menjadikan dinamika internal Merkurius sangat unik dan mungkin memberikan wawasan baru tentang medan magnet planet berbatu lainnya, termasuk eksoplanet.
Implikasi untuk Ilmu Planet
Implikasi dari penemuan bahwa Merkurius mungkin kaya akan berlian jauh lebih luas daripada sekadar keindahan estetik. Sementara Bumi, Venus, dan Mars telah kehilangan banyak karbon permukaan melalui proses geologis, Merkurius tampaknya berhasil mempertahankan dan mengonsentrasikan karbonnya, menciptakan objek luar angkasa yang konsisten secara kimia.
“Penemuan ini juga dapat memiliki relevansi untuk pemahaman kita tentang planet terestrial lainnya, terutama yang memiliki ukuran dan komposisi serupa,” tambah Lin.
Studi ini menyarankan bahwa lapisan berlian serupa mungkin juga ada di objek luar angkasa lainnya, seperti asteroid yang kaya karbon, jika kondisi serupa terjadi selama pembentukannya.
(rns/rns)
.