Seorang fotografer berhasil menangkap momen unik lebih dari 100 sambaran petir merah di atas Himalaya.
Sebuah fenomena alam yang menakjubkan dilaporkan terjadi di Pegunungan Himalaya pada tahun 2022. Dua fotografer asal China berhasil merekam lebih dari 100 kejadian sambaran petir merah di Dataran Tinggi Tibet selatan, khususnya dekat Danau Pumoyongcuo. Kejadian ini dianggap sebagai penampakan petir merah terbesar yang pernah tercatat di Asia Selatan dan memenangkan penghargaan dalam kompetisi Astronomy Photographer of the Year 2023.
Petir merah dikenal juga sebagai ‘sprite’, muncul di lapisan mesosfer sekitar 48 hingga 80 kilometer di atas permukaan bumi. Fenomena ini terlihat sebagai cahaya merah yang muncul hanya dalam milidetik, dengan bentuk yang mirip ubur-ubur atau tentakel, diakibatkan oleh interaksi muatan listrik dengan nitrogen dalam atmosfer.
Selain sprite merah, para fotografer juga berhasil merekam fenomena langka lainnya, termasuk jet sekunder dan pancaran hijau di dasar ionosfer, yang dikenal dengan sebutan ‘ghost sprites’. Temuan ini merupakan penampakan pertama di Asia, sebagaimana dikutip dari sumber terpercaya.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences oleh Profesor Gaopeng Lu dan timnya mengungkap bahwa petir merah ini dipicu oleh sambaran petir positif dari awan ke tanah dengan arus puncak tinggi. Sambaran ini terjadi dalam sistem konvektif skala besar yang mencakup area luas di Asia Selatan, dari Dataran Ganges hingga kaki Pegunungan Himalaya.
Penelitian tersebut menggunakan metode inovatif untuk menyinkronkan video dengan lintasan satelit dan analisis medan bintang, mengingat kurangnya data waktu yang tepat di lokasi kejadian. Metode ini memungkinkan para peneliti untuk menganalisis fenomena petir merah yang unik dan kompleks ini dengan lebih detail.
Sistem Konvektif
Profesor Gaopeng Lu menyatakan, “Peristiwa ini benar-benar luar biasa. Dengan menganalisis pelepasan petir tersebut, kami menemukan bahwa sprite dipicu oleh sambaran petir positif awan-ke-tanah yang memiliki arus puncak tinggi dalam sistem konvektif skala besar.”
“Kesimpulan ini menunjukkan bahwa badai petir di wilayah Himalaya tidak hanya dapat menghasilkan beberapa pelepasan listrik atmosfer atas yang paling rumit, tetapi juga yang paling intens di Bumi.”
Asal mula sprite ini terletak pada aktivitas listrik badai di daerah tersebut. Namun, untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif, diperlukan lebih dari sekadar melihat ke langit; diperlukan waktu, akurasi, dan alat yang canggih.
Para peneliti menggunakan data lintasan satelit dan analisis medan bintang untuk menentukan waktu kemunculan setiap sprite. Dengan pendekatan ini, mereka dapat menghubungkan setiap sprite dengan sambaran petir yang memicu fenomena langka ini. Teknik ini berpotensi menjadi pedoman baru dalam mempelajari peristiwa sprite di masa mendatang, di mana semakin akurat data yang diperoleh, semakin banyak pengetahuan yang bisa diraih tentang apa yang terjadi di atas kita selama badai.
.