Penelitian yang baru saja diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy memberikan pandangan baru mengenai asal usul air di Bumi.
Selama ini, para ilmuwan telah berdebat mengenai cara planet yang dulunya gersang ini dapat berkembang menjadi tempat dengan lautan yang luas dan sumber daya air yang melimpah.
Sebuah analisis menyeluruh terhadap meteorit kuno yang dikenal sebagai kondrit enstatit (EC) menunjukkan bahwa batuan luar angkasa ini menyimpan lebih banyak hidrogen daripada yang diperkirakan, berpotensi menjadikannya sebagai sumber utama air di Bumi.
Sebelumnya, teori yang umum dipercayai adalah bahwa air di Bumi dibawa oleh asteroid dan komet yang kaya akan air dari luar tata surya.
Namun, adanya kesamaan komposisi isotop air dalam meteorit EC yang berasal dari area yang sama dengan Bumi menciptakan pertanyaan mengenai kontribusi meteorit ini terhadap kadar air di planet kita.
Tim peneliti internasional melakukan analisis terhadap 13 meteorit EC dengan menerapkan teknik spektroskopi massa untuk mengukur komposisi hidrogen dalam mineral-mineral yang menyusunnya.
Hasil penelitian mereka sangat mengejutkan, menemukan bahwa meteorit EC mengandung cukup banyak hidrogen. Jika hidrogen ini dilepaskan ke Bumi purba akibat tumbukan, ia dapat menyuplai sebagian besar air yang ada saat ini.
Menurut Tom Barrett, mahasiswa DPhil di Universitas Oxford yang memimpin penelitian ini, penemuan ini menunjukkan bahwa Bumi mungkin telah memiliki “bahan baku” airnya sendiri sejak awal mula pembentukannya.
Ia menambahkan bahwa hidrogen yang terperangkap dalam mineral-mineral meteorit EC bisa bereaksi dengan oksigen di Bumi purba untuk membentuk air.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan bahwa meteorit EC mengandung banyak unsur volatile seperti nitrogen, yang merupakan elemen penting dalam atmosfer Bumi.
Hal ini menguatkan hipotesis bahwa meteorit jenis ini tidak hanya berkontribusi terhadap keberadaan air, tetapi juga menyediakan elemen-elemen krusial lainnya bagi perkembangan planet kita.
Walaupun begitu, para ilmuwan menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana air dan unsur-unsur volatile lainnya sampai ke Bumi.
Analisis pada sampel batuan dari misi luar angkasa seperti Hayabusa2 dan OSIRIS-REx, yang mengambil material dari asteroid tipe C yang kaya air, akan sangat penting untuk melengkapi pemahaman ini.
Associate Professor James Bryson dari Universitas Oxford yang merupakan ahli planetologi, mengungkapkan bahwa studi ini memberi bukti yang kuat bahwa meteorit kondrit enstatit memiliki peran besar dalam pembentukan air di Bumi, merubah pandangan kita tentang kondisi tata surya pada masa lampau dan bagaimana planet layak huni seperti Bumi dapat berkembang.
Penemuan ini membuka jalan baru dalam penelitian tentang asal usul kehidupan di Bumi dan potensi air di planet lain di luar tata surya kita.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai sumber air Bumi, para ilmuwan dapat lebih baik dalam menilai kemungkinan keberadaan kehidupan di planet lain.
Sumber: SciTechDaily
.