Apakah Alam Semesta Kita Terkurung di Dalam Lubang Hitam?

KOMPAS.com – Sejak diluncurkan pada tahun 2022, Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita memahami alam semesta. Namun, penemuan terbarunya mungkin akan mengguncang dasar-dasar pemahaman kita tentang asal-usul alam semesta. Temuan ini menunjukkan kemungkinan bahwa segala sesuatu di sekitar kita mungkin berada dalam sebuah lubang hitam.

Dengan investasi sebesar 10 miliar dolar, teleskop ini telah mengamati galaksi-galaksi yang berada di tepi alam semesta. Yang mengejutkan, mayoritas galaksi tersebut berputar dalam arah yang sama. Sekitar dua pertiga galaksi berputar searah jarum jam, sementara sepertiga lainnya berputar berlawanan arah jam.

banner 336x280

Secara teori, dalam alam semesta yang acak, para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar 50% galaksi akan berputar ke satu arah, dan 50% lainnya berputar berlawanan arah. Namun, hasil pengamatan JWST menunjukkan adanya dominasi dalam arah rotasi galaksi, sebuah fenomena yang tidak dapat dijelaskan dengan model alam semesta yang saat ini diterima.

Apakah Alam Semesta Berasal dari Lubang Hitam?

Penemuan ini muncul dari pengamatan terhadap 263 galaksi dalam proyek James Webb Space Telescope Advanced Deep Extragalactic Survey (JADES). Menurut Lior Shamir, pemimpin tim dan profesor ilmu komputer, terdapat dua kemungkinan utama untuk menjelaskan fenomena ini.

"Salah satu penjelasannya adalah bahwa alam semesta lahir dalam keadaan berputar," ungkap Shamir. "Penjelasan ini selaras dengan teori kosmologi lubang hitam, yang berargumen bahwa seluruh alam semesta kita sebenarnya adalah bagian dari sebuah lubang hitam besar."

Teori Kosmologi Lubang Hitam

Teori ini, yang dikenal sebagai kosmologi Schwarzschild, diciptakan oleh fisikawan teoretis Raj Kumar Pathria dan matematikawan I. J. Good. Mereka mengusulkan bahwa radius Schwarzschild, atau event horizon, adalah batas di mana tidak ada yang, bahkan cahaya, dapat lolos dari lubang hitam. Dalam konteks ini, radius tersebut juga bisa dianggap sebagai batas alam semesta yang kita amati.

Nikodem Poplawski, seorang fisikawan teoretis dari Universitas New Haven, memberikan dukungan lebih lanjut untuk gagasan ini. Ia berpendapat bahwa setiap lubang hitam mungkin berfungsi sebagai pintu menuju alam semesta baru yang disebut "bayi alam semesta". Alam semesta ini tidak dapat kita amati karena berada di balik event horizon, titik di mana cahaya dan informasi tidak dapat keluar.

Poplawski menjelaskan bahwa saat inti bintang besar kolaps dan membentuk lubang hitam, materi di dalamnya mengalami peningkatan kepadatan yang ekstrem. Namun, pada titik tertentu, gaya puntiran dan rotasi menjadi sangat kuat sehingga mencegah materi mencapai singularitas.

"Materi mencapai keadaan dengan kepadatan sangat tinggi, berhenti kolaps, dan kemudian mulai mengembang dengan cepat," imbuh Poplawski.

Proses ini mungkin menjadi awal dari Big Bang yang menciptakan alam semesta kita. "Pengembangan cepat ini menghasilkan periode inflasi kosmik yang singkat, menjelaskan mengapa alam semesta yang kita amati tampak datar, homogen, dan isotropik," lanjutnya.

Bukti dari Arah Rotasi Galaksi?

Poplawski menambahkan bahwa jika alam semesta kita lahir dari lubang hitam yang berputar, maka arah rotasi dari lubang hitam tersebut akan mempengaruhi alam semesta yang dihasilkan. Ini mungkin menjelaskan asimetri rotasi galaksi yang ditemukan oleh JWST.

"Saya rasa penjelasan paling sederhana mengenai alam semesta yang berputar adalah bahwa alam semesta ini berasal dari lubang hitam yang berputar," kata Poplawski. "Torsion dalam gravitasi dari teori Einstein yang lebih luas memberikan mekanisme alami untuk mencegah singularitas dan, sebaliknya, menciptakan alam semesta tertutup yang baru."

Observasi JWST yang menunjukkan rotasi galaksi dengan preferensi arah tertentu bisa menjadi bukti pendukung untuk teori ini. Jika temuan ini terbukti, ini akan memberikan bukti yang kuat bahwa lubang hitam dapat menciptakan alam semesta baru.

Penemuan ini memiliki implikasi besar terhadap pemahaman kita mengenai kosmologi. Jika benar alam semesta kita adalah bagian dari lubang hitam yang lebih besar, maka arah waktu dan arah rotasi galaksi dalam alam semesta kita mungkin merupakan warisan dari lubang hitam yang menghasilkannya. Poplawski bahkan menyatakan bahwa dalam skenario ini, "arah waktu" di alam semesta kita adalah hasil dari alam semesta induk melalui gaya puntiran.

.

Updated: 27 Maret 2025 — 10:32 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *