Adenomiosis, Kondisi Tersembunyi yang Sering Terlambat Dideteksi

TEMPO.CO, Jakarta – Adenomiosis dikenal sebagai penyakit yang tidak terdeteksi, karena banyak wanita mengalami gejala yang ringan atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali, sehingga sulit teridentifikasi melalui USG. Beberapa di antaranya mungkin merasakan gejala, tetapi salah didiagnosis selama bertahun-tahun.

Dr. Natalya Danilyants, ahli bedah ginekologi dan direktur Center for Innovative Gyn Care di Amerika Serikat, menyatakan bahwa banyak dokter spesialis kandungan dan peneliti tidak menyadari eksistensi kondisi ini atau menganggapnya sepele.

banner 336x280

“Masalah yang umum terjadi pada pria dan wanita, seperti kanker, diabetes, atau hipertensi, mendapatkan lebih banyak perhatian, sedangkan adenomiosis tidak. Pasien pun mungkin tidak mengetahuinya. Meskipun dokter kandungan mungkin memahami kondisi ini, mereka terkadang tidak dapat memberi edukasi yang memadai kepada pasien, yang berakibat pada tertundanya perawatan dan diagnosis lebih lanjut,” ungkap Danilyants.

Apa Itu Adenomiosis, Gejala dan Penyebab?

Adenomiosis adalah kondisi di mana jaringan endometrial, yang seharusnya tumbuh di dalam rahim, justru tumbuh di dinding rahim. Ini dapat menyebabkan rahim membesar 2-3 kali lipat, disertai dengan kram menstruasi yang parah dan perdarahan yang banyak. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk menstruasi yang tidak teratur, nyeri panggul, perut kembung, nyeri saat berhubungan seksual, dan kesulitan untuk hamil. Pendarahan abnormal juga dapat mengakibatkan anemia dan kelelahan.

Sayangnya, gejala adenomiosis seringkali disalahartikan sebagai gejala endometriosis, yaitu kondisi di mana jaringan endometrial tumbuh di luar dinding rahim. Meskipun MRI lebih akurat dalam mendiagnosis adenomiosis dibandingkan dengan USG, asuransi kesehatan tidak selalu menanggung biaya pemeriksaan ini, sehingga pasien bisa mengeluarkan biaya yang sangat besar. Danilyants mengungkapkan bahwa meskipun tanda-tanda adenomiosis ditemukan, dokter belum tentu menganggapnya sebagai masalah serius.

“Kadang-kadang, pasien membawa hasil USG atau MRI yang menunjukkan kemungkinan adenomiosis, tetapi mereka tidak menyadarinya karena dokter kandungan tidak menekankan pentingnya temuan tersebut,” jelas Danilyants.

Penyebab adenomiosis masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi Danilyants mencatat bahwa faktor risiko meliputi usia di atas 40 tahun, memiliki riwayat operasi caesar berulang, menjalani kuret, serta memiliki riwayat endometriosis. Meskipun beberapa obat dapat membantu mengendalikan gejala, satu-satunya cara definitif untuk mengatasi adenomiosis adalah melalui histerektomi, yaitu prosedur operatif untuk mengangkat rahim. Sebagian besar asuransi akan menanggung biaya histerektomi jika diperlukan secara medis.

Pembedahan adalah keputusan yang besar. Namun, Danilyants menjelaskan bahwa histerektomi melalui vagina atau laparoskopi oleh spesialis merupakan prosedur minimal invasif yang hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit dengan anestesi umum. Biasanya dalam tujuh hari, pasien sudah bisa kembali bekerja. Proses pemulihan bervariasi bagi setiap individu, tetapi umumnya memerlukan waktu 2-4 minggu, yang lebih singkat dibandingkan dengan histerektomi perut yang dapat membutuhkan waktu pemulihan 6-8 minggu.

.

Updated: 26 Maret 2025 — 11:12 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *