Bertita: 8 Negara Terancam Kehabisan Stok Obat HIV Imbas Penutupan USAID
Sejumlah negara di seluruh dunia kini menghadapi ancaman serius terhadap pasokan obat antiretroviral (ARV) untuk pengobatan HIV, pasca keputusan lembaga bantuan internasional USAID untuk mengurangi atau menghentikan pendanaannya. USAID, yang selama ini berperan penting dalam menyediakan obat HIV dan dukungan kesehatan global, mengumumkan bahwa mereka akan mengalihkan sebagian besar dana mereka ke program-program baru, yang berpotensi mempengaruhi banyak negara yang bergantung pada bantuan tersebut.
Delapan negara yang paling terpengaruh dalam situasi ini meliputi:
-
Nigeria – Negara dengan jumlah kasus HIV tertinggi di dunia, kini mengalami kekhawatiran besar terhadap keberlangsungan pasokan ARV bagi jutaan warganya.
-
India – Meski memiliki program kesehatan yang besar, India masih bergantung pada akses obat global, dan penutupan dana dari USAID diperkirakan akan mengganggu distribusi obat di beberapa daerah.
-
uganda – Dengan upaya pengendalian HIV yang masih berlangsung, Uganda harus menghadapi risiko kekurangan obat penting yang sudah menyelamatkan banyak nyawa.
-
Rusia – Negara ini terpaksa mencari alternatif dalam menghadapi demam HIV yang terus meningkat, sementara akses ke obat-obatan yang lebih murah dipengaruhi oleh sanksi internasional.
-
Thailand – Thailand, yang berhasil menurunkan angka infeksi HIV, kini berhadapan dengan tantangan dalam mempertahankan sifat berkelanjutan dari program pengobatan mereka.
-
Zimbabwe – Negara ini telah berjuang melawan epidemi HIV selama bertahun-tahun dan kini harus berusaha agar pasien tidak kehilangan akses ke pengobatan yang esensial.
-
Mozambik – Dengan populasi yang mayoritas hidup dalam ketidakpastian terkait kesehatan, Mozambique berisiko tinggi mengalami lonjakan kasus tanpa adanya akses ke pengobatan yang memadai.
- Kamerun – Situasi di Kamerun semakin kritis dengan angka infeksi yang tinggi, di mana ketergantungan pada dukungan asing menjadi vital.
Pejabat kesehatan masyarakat di negara-negara tersebut menyatakan bahwa pemangkasan dana dari USAID dapat menyebabkan peningkatan kasus HIV baru dan kematian terkait HIV/AIDS. Mereka meminta perhatian global dan dukungan dari lembaga-lembaga internasional lainnya untuk mencegah krisis yang lebih besar di sektor kesehatan.
Krisis ini semakin diperparah oleh tantangan logistik dan distribusi yang sudah ada sebelumnya di banyak negara, membuat situasi menjadi semakin rumit. Tanpa dukungan yang stabil dan berkelanjutan, banyak pasien berisiko kehilangan akses ke pengobatan yang telah terbukti efektif dalam mengendalikan virus.
Dalam menghadapi krisis ini, organisasi non-pemerintah, serta komunitas internasional, diimbau untuk bersatu dan memberikan donasi serta dukungan kepada negara-negara yang terdampak, demi mencegah terjadinya bencana kesehatan yang lebih besar. Upaya kolaboratif diperlukan untuk memastikan semua orang yang hidup dengan HIV dapat terus mendapatkan pengobatan yang penting bagi kelangsungan hidup mereka.
,