Koran-jakarta.com || Kamis, 24 Apr 2025, 23:13 WIB
JAKARTA – Norovirus menjadi ancaman kesehatan serius yang dapat menyebabkan malnutrisi pada anak-anak. Virus ini termasuk dalam kelompok Enterovirus dan merupakan penyebab diare dengan prevalensi tertinggi kedua di Indonesia setelah Rotavirus.
Menurut Anisa Lailatul Fitria, dosen Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Norovirus berbeda dari Rovarius. Saat ini, Norovirus belum memiliki vaksin yang memadai, sehingga lebih sulit dikendalikan.
“Replikasi dan penyebaran Norovirus sangat cepat karena termasuk virus RNA,” ujar Anisa dalam pernyataannya, mengacu pada informasi dari laman resmi Unair. Dia juga menambahkan bahwa Norovirus berpotensi menjadi penyebab utama diare setelah Rotavirus, terutama karena tidak adanya vaksin untuk virus ini. Penelitian menunjukkan prevalensi virus ini cukup tinggi di negara-negara dengan cakupan vaksinasi rotavirus yang baik.
“Dalam penelitian yang kami lakukan, anak-anak yang terinfeksi Norovirus, baik yang menunjukkan gejala maupun tidak, memiliki risiko kesulitan dalam menyerap nutrisi akibat peradangan di usus,” jelasnya.
Anisa juga menjelaskan bahwa anak-anak dengan malnutrisi lebih rentan terhadap infeksi Norovirus karena sistem imun mereka yang lemah. Kekurangan nutrisi dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko terpapar penyakit.
Lebih lanjut, ia menekankan masih banyaknya masyarakat yang belum memahami perbedaan antara diare yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Diare akibat infeksi virus biasanya ditandai dengan feses cair yang sedikit mengandung ampas, sedangkan pada infeksi bakteri dapat muncul lendir atau bahkan darah dalam feses.
“Diare yang disebabkan oleh infeksi virus dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya, bahkan mengancam nyawa,” tambahnya.
Untuk itu, Anisa menekankan perlunya tindakan pencegahan untuk mencegah penyebaran virus ini secara luas. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan kunci dalam menghindari infeksi Norovirus, selain pentingnya memperhatikan hewan peliharaan, karena virus ini dapat menular melalui feses hewan seperti kucing dan anjing.
“Edukasi kepada ibu-ibu dan pengasuh tentang bahaya serta langkah-langkah pencegahan infeksi virus ini sangat penting. Sebagai akademisi, kami juga melakukan beragam studi yang akan digunakan untuk menangani virus ini agar tidak terjadi wabah dan agar penyebarannya dapat ditekan,” tuturnya.
.