Jakarta, CNN Indonesia — Kasus kematian akibat penyakit demam berdarah (DBD) terus meningkat. Memasuki bulan April 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat hingga tanggal 13 April 2025 ada 38.740 kasus DBD yang menyebabkan 182 kematian.
Jumlah ini cukup mengejutkan karena terjadi dalam waktu kurang dari empat bulan pertama tahun ini. Meskipun angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2024, Kemenkes menegaskan bahwa tren ini tetap berbahaya dan tidak boleh dianggap remeh.
“Lebih dari setengah abad berlalu, DBD tetap menjadi masalah kesehatan yang serius,” ungkap Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam sebuah media briefing bersama Kemenkes.
Selama ini, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa DBD hanya muncul saat musim hujan. Namun, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa anggapan tersebut tidak benar. Indonesia merupakan negara hiper-endemik dengue, yang berarti potensi penyebaran penyakit ini bisa terjadi sepanjang tahun, tanpa mengenal musim.
“Dengue ada dan dapat menyebar sepanjang tahun,” jelas Fadjar SM Silalahi, Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes RI.
Pentingnya merubah pola pikir tersebut merupakan salah satu alasan Kemenkes mengeluarkan Surat Edaran sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap DBD dan Chikungunya. “Dengue adalah penyakit yang dapat mengancam nyawa, kita tidak bisa menunggu sampai puncak kasus untuk bertindak,” tambah Fadjar.
Namun, masih banyak orang yang meremehkan penyakit ini, bahkan menganggap dengue hanya sebagai demam biasa yang dapat sembuh dengan obat-obatan ringan. “Sikap ini sangat keliru. DBD dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti sindrom shock dengue, perdarahan hebat, bahkan kematian, terutama pada anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan daya tahan tubuh rendah,” jelasnya.
Hingga kini, belum ada obat spesifik untuk mengatasi dengue. Satu-satunya cara terbaik adalah pencegahan..