Analisis Stabilitas dan Pengendalian Optimal Model Matematika untuk Penyebaran Tuberkulosis dengan Kehadiran Populasi Resisten Obat.

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang sangat mematikan di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb), yang pertama kali diidentifikasi oleh ilmuwan Robert Koch dari Institute of Hygiene Universitas Berlin pada 24 Maret 1882. TB dapat menyebar melalui udara ketika seorang penderita batuk, bersin, atau meludah, dan seseorang cukup menghirup sejumlah kecil bakteri untuk terinfeksi. Gejala utama TB adalah batuk berdahak yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. Pengobatan TB memerlukan penggunaan Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) secara rutin selama 6-9 bulan agar dapat sembuh.

Berdasarkan sensitivitas bakteri TB terhadap OAT, TB dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu TB Sensitif Obat (TB SO) dan TB Resisten Obat (TB RO). TB RO menular dengan cara yang sama seperti TB SO, namun membutuhkan pengobatan yang lebih lama, yakni antara 9-24 bulan, dengan pengawasan ketat dari tenaga medis. TB RO dianggap lebih berbahaya karena bakteri TB yang ada dalam tubuh pasien tidak dapat diatasi dengan OAT standar. Berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), TB RO dapat muncul akibat kesalahan dalam penggunaan dan pengelolaan obat pada penderita TB SO.

Diperkirakan sekitar seperempat dari populasi dunia terpapar TB, akan tetapi hanya 5-15% di antaranya yang akan mengalami TB aktif, sedangkan sisanya mengalami infeksi laten yang tidak menunjukkan gejala dan tidak menularkan penyakit. Namun, infeksi laten ini dapat berkembang menjadi TB aktif jika sistem kekebalan tubuh seseorang menurun. Di tingkat global, sekitar 10 juta orang terinfeksi TB setiap tahun, dengan sekitar 1,5 juta kematian akibat penyakit ini. Kasus TB RO mencapai 157.903, terdiri dari 132.222 kasus MDR/RR-TB dan 25.681 kasus pra-XDR-TB/XDR-TB. Di Indonesia, dari estimasi 824.000 kasus TB, hanya 393.323 yang telah teridentifikasi, dengan 7.921 kasus TB RO serta angka kematian mencapai 13.110 kasus.

Upaya pengendalian TB menjadi salah satu focus dalam pembangunan berkelanjutan di dunia, yang dikenal sebagai Sustainable Development Goals (SDGs). Meskipun jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahun menunjukkan penurunan, masih ada kesenjangan besar antara estimasi dan jumlah kasus yang terdeteksi. Menurut WHO Global TB Report 2021, negara-negara dengan kesenjangan pelaporan terbesar adalah India, Indonesia, dan Filipina, di mana angka laporan dari ketiga negara ini hanya sekitar 24%, 11%, dan 8,3% dari total estimasi kasus masing-masing. Untuk TB RO, sekitar 70% dari kesenjangan global terdapat di sepuluh negara, termasuk Indonesia.

Salah satu penyebab utama kesenjangan ini adalah kurangnya pelaporan dari pasien TB serta adanya underdiagnosis akibat keterbatasan akses ke layanan kesehatan atau kesalahan diagnosis. Ini menunjukkan bahwa masih banyak kasus TB yang tidak terdeteksi, yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi sumber penularan bagi masyarakat sekitar.

Dalam beberapa dekade terakhir, model matematika telah berperan penting dalam pengendalian penyakit menular, termasuk TB. Berbagai studi telah dilakukan untuk memahami dinamika penyebaran TB dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhinya. Beberapa penelitian telah mengeksplorasi model penyebaran MDR-TB dan XDR-TB dengan memperhitungkan faktor lost to follow-up dan isolasi. Strategi kontrol optimal untuk menangani penularan TB melibatkan tiga bentuk pendekatan: vaksinasi, tingkat keberhasilan pengobatan, dan pengobatan bagi individu yang rentan, laten, dan terinfeksi TB aktif. Selain itu, ada pula penelitian yang meneliti dampak program kesadaran sosial terhadap dinamika penularan TB serta membahas penularan TB dalam konteks reinfeksi.

Melalui studi-studi tersebut, tampak bahwa masih diperlukan lebih banyak upaya dalam pengendalian TB, khususnya TB RO, mengingat potensi munculnya jenis resistensi baru. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini mengembangkan model matematika yang berfokus pada penyebaran TB dengan populasi yang resisten terhadap obat. Model ini merupakan pengembangan dari model sebelumnya dengan beberapa modifikasi, termasuk pemisahan populasi manusia terinfeksi ke dalam dua kategori berdasarkan sensitivitas bakteri terhadap obat, yaitu TB SO dan TB RO. Variabel kontrol dalam model ini juga mencakup program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TB dan pencegahannya.

Diharapkan dengan pengembangan model ini, dapat memberikan wawasan baru mengenai strategi pengendalian TB, khususnya dalam mengurangi penyebaran TB RO. Penerapan strategi kontrol yang efektif berdasarkan model matematika diharapkan dapat mendukung deteksi dini, meningkatkan efektivitas pengobatan, dan menutup kesenjangan dalam pelaporan kasus TB.

Penulis: Cicik Alfiniyah, M.Si., Ph.D

Informasi lebih lanjut mengenai riset ini dapat ditemukan dalam tulisan kami.

Penulis lainnya: Cicik Alfiniyah*, Windarto, Nadiar Almahira Permatasari, Muhammad Farman, Nashrul Millah, Ahmadin.

.

Updated: 16 April 2025 — 7:44 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *