Ahli Mengungkapkan Jenis Makanan dan Minuman Favorit Sel Kanker, yang Sering Dikonsumsi.

Jakarta

Kanker adalah penyakit yang rumit dan dapat dipicu oleh banyak faktor, mulai dari genetik hingga gaya hidup, seperti pola makan yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker.

Beberapa jenis makanan telah diidentifikasi dapat berkontribusi dalam pertumbuhan sel kanker karena mengandung zat yang merangsang perkembangan serta penyebarannya. Para ahli dari The University of Texas MD Anderson Cancer Center, termasuk ahli gizi Alyssa Tatum, mengidentifikasi lima jenis makanan dan minuman yang berpotensi terkait dengan kanker. Berikut penjelasannya.

1. Daging Merah

Daging merah telah dihubungkan dengan kanker kolorektal. Meskipun demikian, Tatum menyatakan bahwa bukan berarti dilarang untuk mengonsumsinya sama sekali. Ia menyarankan agar daging merah dikonsumsi lebih jarang dan dalam porsi yang lebih kecil.

Tatum menyarankan agar orang lebih memilih pola makan berbasis tumbuhan, dengan sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan buah-buahan menyuplai dua pertiga dari asupan harian. Sepertiga lainnya boleh diisi dengan protein hewani rendah lemak dan produk susu.

Ia juga menyarankan agar konsumsi daging merah dibatasi kurang dari 18 ons per minggu. Untuk membantu membayangkan, 18 ons setara dengan enam tumpukan kartu remi atau dua bola softball.

Selain itu, cara memasak daging merah juga dapat memengaruhi risiko kanker. Daging yang dipanggang pada suhu tinggi seperti burger dan steak berpotensi menghasilkan zat karsinogenik dibandingkan dengan metode masak yang lebih rendah seperti memanggang atau sous vide.

Jika memilih untuk mengonsumsi daging merah, disarankan untuk memilih potongan yang rendah lemak dan mengurangi lemak sebelum memasak, serta mengingat bahwa ada sumber protein sehat lainnya seperti protein nabati dan protein hewani rendah lemak seperti ayam dan ikan.

2. Daging Olahan

Daging olahan adalah kategori daging yang memiliki risiko kanker tinggi. Ini mencakup semua jenis daging yang telah diawetkan atau diproses, termasuk hotdog, ham, bacon, dan sosis.

Daging olahan seringkali diawetkan dengan menggunakan nitrat dan nitrit, yang dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal dan lambung menurut Tatum.

Perubahan dalam pola makan dapat menjadi tantangan, jadi Tatum merekomendasikan untuk memulai dengan langkah kecil, seperti memilih produk daging olahan tanpa nitrat atau dengan kandungan natrium dan lemak yang lebih rendah.

3. Alkohol

Alkohol telah dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker seperti kanker lambung, kolorektal, esofagus, hati, pankreas, dan payudara.

Menurut Tatum, alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan dari waktu ke waktu, berpotensi mengubah DNA sel dan meningkatkan risiko kanker.

Bagi mereka yang ingin tetap mengonsumsi alkohol, dianjurkan untuk melakukannya dengan moderasi, maksimum satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas untuk pria.

4. Makanan dan Minuman Ultra Proses

Makanan dan minuman yang sangat diproses dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker melalui kandungan gula dan natrium yang tinggi, yang dapat memicu penambahan berat badan dan obesitas.

“Makanan olahan yang tinggi kalori dan rendah nutrisi dapat meningkatkan risiko kanker melalui obesitas,” jelas Tatum.

Ia menyarankan untuk mengurangi konsumsi makanan ultra-olahan dengan menerapkan prinsip moderasi dan memilih porsi yang lebih kecil.

5. Makanan dan Minuman dengan Tambahan Gula

Produk dengan pemanis tambahan dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, serupa dengan makanan olahan.

Hasil dari beberapa penelitian mengenai pemanis buatan menunjukkan hasil yang bervariasi, namun Tatum merekomendasikan untuk menggunakan pemanis dalam jumlah moderat, sama seperti gula.

Tatum menjelaskan bahwa mengonsumsi makanan tertentu, seperti daging asap, satu kali tidak langsung menyebabkan kanker. Risiko kanker lebih dipengaruhi oleh pola konsumsi yang berulang dalam jangka waktu yang lama, bukan dari konsumsi sekali. “Paparan yang berulang adalah yang harus diperhatikan, jadi sebaiknya konsumsi dalam jumlah moderat,” ujarnya.

(suc/suc)

.

Updated: 13 April 2025 — 1:19 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *