Penjelasan ilmiah mengenai variasi bau kentut setiap individu dapat dipahami melalui beberapa faktor. Pertama, komposisi makanan yang dikonsumsi memainkan peran penting. Makanan yang kaya serat, seperti sayuran dan buah-buahan, dapat memicu produksi gas yang berbeda. Selain itu, bakteri di dalam usus setiap orang memiliki jenis dan jumlah yang berbeda, yang juga memengaruhi aroma gas yang dihasilkan. Kesehatan pencernaan dan kondisi medis tertentu pun dapat berkontribusi pada perbedaan bau kentut antar individu. Faktor-faktor ini bersatu menciptakan pengalaman yang unik bagi setiap orang ketika terjadinya gas di dalam sistem pencernaan.

Bandung

Meskipun bau kentut umumnya tidak sedap, ada variasi yang besar antara individu. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa bau kentut beberapa orang bisa lebih menyengat dibandingkan yang lain?

Maximilienne Toetie Allaart, seorang peneliti mikrobioma usus dari University of Tubingen, menjelaskan bahwa bau kentut yang tidak enak sebenarnya hal yang normal. Ini justru menunjukkan bahwa sistem pencernaan seseorang berfungsi dengan baik.

Produksi gas di dalam sistem pencernaan tidak hanya berasal dari tubuh manusia, tetapi juga dari miliaran mikroba yang hidup di saluran pencernaan. Mikroorganisme ini memainkan peran penting dalam proses pencernaan, termasuk dalam pemecahan makanan yang menghasilkan gas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Mikrobioma usus setiap individu unik, seperti sidik jari. Ada perbedaan yang signifikan dalam keberadaan mikroba di usus setiap orang,” jelas Allaart dalam artikelnya.

Secara umum, mikroba di dalam usus berfungsi untuk memecah molekul besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Produk sampingan dari proses ini mencakup asam lemak volatil dan berbagai jenis gas, yang kemudian dikeluarkan oleh tubuh dalam bentuk kentut, baik secara diam-diam maupun bersuara.

Dari beragam gas yang dihasilkan, hidrogen sulfida dikenal sebagai gas dengan bau yang paling tajam, sering kali menyerupai aroma telur busuk. Gas ini merupakan penyebab utama dari kentut yang berbau menyengat.

Allaart menjelaskan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi sangat memengaruhi tipe dan intensitas gas yang dihasilkan oleh mikroba di usus. Makanan yang kaya sulfur, terutama yang mengandung asam amino sistein dan metionin, cenderung meningkatkan produksi hidrogen sulfida.

“Umumnya, asam amino lebih banyak terdapat dalam protein hewani (seperti telur dan daging merah) dibandingkan dengan protein nabati,” tambahnya.

Oleh karena itu, konsumsi makanan tinggi protein hewani dapat meningkatkan kemungkinan menghasilkan bau kentut yang lebih menyengat dibandingkan dengan pola makan berbasis nabati.

(sud/sud)

.

Updated: 5 April 2025 — 9:01 pm

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *