Nanoenkapsulasi biopolimer dari Andrographis paniculata Nees dan karboksimetil kitosan untuk pengobatan demam berdarah dengue.

Demam berdarah telah menjadi masalah kesehatan di tingkat global, dengan jutaan kasus terjadi setiap tahun. Sejak awal tahun 2024, tercatat lebih dari 14 juta kasus demam berdarah dan lebih dari 10.000 kematian di seluruh dunia. Mayoritas kasus ini terjadi di wilayah yang berada di bawah pengawasan Organisasi Kesehatan Pan Amerika dari WHO. Keterbatasan dalam ketersediaan agen terapi telah memicu upaya mencari pengobatan baru. Agen terapi yang sedang diteliti dibagi menjadi dua kategori: antibodi penetral patogen dan peptida antivirus, keduanya dirancang untuk menghambat masuknya virus ke dalam sel inang. Namun, saat ini tidak ada agen terapi demam berdarah yang telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam klinik.
Tanaman obat umumnya mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti steroid, fenolik, tanin, alkaloid, antosianin, flavonoid, dan saponin. Andrographis paniculata (A. panikulata) telah digunakan secara tradisional di berbagai negara karena berbagai khasiat biologisnya, termasuk aktivitas antioksidan, antidiabetik, antidiare, antikanker, antiinflamasi, antivirus, antijamur, antimalaria, serta sifat kardiovaskular dan hepatoprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis dan mengkarakterisasi nanoenkapsul berbasis biopolimer dari A. paniculata dan karboksimetil kitosan (CMC), serta mengevaluasi aktivitasnya terhadap virus dengue.
Nanokapsul A. panikulata (AP-NPs) dibuat melalui proses ultrasonikasi dari ekstrak A. panikulata yang dicampur dengan CMC. Karakterisasi dilakukan melalui analisis ukuran partikel, analisis Fourier Transform Infrared (FTIR), dan evaluasi stabilitas pada berbagai kondisi pH, suhu, dan keberadaan elektrolit (NaCl). Aktivitas antivirus terhadap virus dengue (DENV-2) serta sitotoksisitas terhadap sel Vero dievaluasi sesuai prosedur standar. Proses sintesis AP-NPs berhasil menghasilkan ukuran partikel sebesar 305,5 ± 30,12 nm, dengan indeks polidispersitas (PDI) 0,3319 ± 0,01. AP-NPs menunjukkan stabilitas yang lebih baik dan kontrol pelepasan komponen bioaktif yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak A. panikulata. Tingkat penghambatan yang ditunjukkan oleh AP-NPs adalah 27,18 ± 2,51%, dengan efisiensi penghambatan mencapai 54,36 ± 5,02%. Meskipun menunjukkan peningkatan aktivitas antivirus dan bioavailabilitas dibandingkan dengan ekstrak A. panikulata murni, AP-NPs juga menunjukkan tingkat sitotoksisitas yang lebih tinggi. Nilai CC₅₀ untuk AP-NPs adalah 734,56 μg/mL, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak (1522,95 μg/mL). Sementara itu, EC₅₀ untuk AP-NPs adalah 68,12 μg/mL, dibandingkan dengan 9,87 μg/mL untuk ekstrak. Walaupun memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi, AP-NPs menunjukkan potensi yang menjanjikan sebagai kandidat terapi demam berdarah, karena kemampuannya untuk meningkatkan bioavailabilitas dan memberikan efek antivirus yang berkelanjutan.
Formulasi nanoenkapsulasi (AP-NPs) menunjukkan peningkatan stabilitas dan kontrol terhadap dekomposisinya, walaupun tingkat toksisitasnya lebih tinggi dibandingkan ekstrak yang tidak di-enkapsulasi. Namun, nanoformulasi ini memiliki potensi signifikan dalam pengobatan demam berdarah berkat efek antivirus dan peningkatan bioaktivitasnya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan formulasi dan mengurangi toksisitas untuk aplikasi dalam praktik klinis.

Penulis: Teguh Hari Sucipto, Browi Nugroho, Sari E. Cahyaningrum, dan rekan-rekan.

Judul Artikel: Nanoenkapsulasi Biopolimer dari Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees dan Karboksimetil Kitosan untuk Terapi Dengue.

.

Updated: 26 Maret 2025 — 7:26 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *