“
Kombinasi antara anak-anak dan paparan berlebihan terhadap layar menimbulkan berbagai kekhawatiran, termasuk keterlambatan kognitif, masalah fungsi eksekutif, serta peningkatan tingkat depresi, kecemasan, dan insomnia. Semua ini berkaitan dengan membiarkan anak-anak terpapar pada smartphone, tablet, atau layar lainnya terlalu awal dan terlalu sering.
Sayangnya, meskipun banyak penelitian dan peringatan dari berbagai organisasi, termasuk American Academy of Child & Adolescent Psychiatry dan psikolog sosial Jonathan Haidt yang meminta agar anak tidak menggunakan smartphone sebelum memasuki sekolah menengah, banyak orang tua tetap mengabaikannya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Harris Poll untuk Bright Horizons menunjukkan bahwa 60% orang tua melaporkan bahwa anak-anak mereka mulai menggunakan teknologi sebelum mereka bisa membaca. Hampir tiga perempat (73%) dari mereka juga mengakui bahwa anak-anak mereka bisa mendapatkan manfaat dari “detoksifikasi” teknologi, termasuk 68% dari orang tua yang memiliki anak di bawah 6 tahun.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa waktu layar untuk anak di bawah 2 tahun harus sangat dibatasi, dan hanya jika dilihat bersama orang dewasa yang bisa mendiskusikan serta mengajari mereka selama sesi tersebut. “Anak-anak di bawah 2 tahun belajar dan berkembang melalui eksplorasi dunia fisik di sekitar mereka. Mereka belajar dengan lebih baik melalui interaksi dan bermain dengan orang tua, saudara, pengasuh, dan individu lainnya,” tegas panduan tersebut.
Untuk anak usia 2 hingga 5 tahun, penggunaan layar disarankan tidak lebih dari satu jam per hari, yang sebaiknya terdiri dari video call dua arah atau acara pendidikan seperti Sesame Street.
Namun, data dari Common Sense Media menunjukkan bahwa anak di bawah 2 tahun menonton layar lebih dari satu jam sehari, sementara anak usia 2-4 tahun menghabiskan waktu hingga dua jam delapan menit setiap harinya.
Ada pertanyaan mengapa orang tua mengabaikan peringatan ini, terutama ketika 49% mengaku khawatir tentang kesehatan mental anak mereka, dan 42% khawatir mengenai jumlah waktu layar yang dihabiskan anak-anak mereka?
Salah satu alasannya tampaknya adalah keputusasaan—sebab 55% orang tua mengaku menggunakan layar sebagai alat negosiasi untuk mendorong anak-anak melakukan pekerjaan rumah, sementara 58% sering mengandalkan layar untuk membuat anak-anak tenang saat berbelanja atau makan di luar.
Psikolog Becky Kennedy, yang dikenal sebagai Dr. Becky, menjelaskan bahwa tantangan ini adalah wilayah yang kurang dipahami. “Menjadi orang tua tidak pernah terasa alami, terutama dalam konteks digital saat ini. Kita harus memberi diri kita sedikit kelonggaran, dan semakin kita terjebak dalam ponsel kita sendiri, semakin sulit bagi kita untuk menetapkan batasan untuk anak-anak,” ungkapnya.
Namun, Kennedy juga menekankan bahwa risiko dari tidak menetapkan batasan ini sangat besar. Rachel Robertson, Kepala Pejabat Akademik Bright Horizons, mengungkapkan bahwa penting bagi orang tua untuk melihat perkembangan anak dalam jangka panjang.
Risiko Penggunaan Layar Dini bagi Anak Kecil
“Kita membantu anak-anak ini membangun fondasi untuk sisa hidup mereka,” ungkap Robertson. “Mereka akan menjadi orang dewasa di masa depan. Apa yang mereka butuhkan sekarang, terutama dalam lima tahun pertama kehidupan yang luar biasa ini, adalah pengembangan yang baik. Paparan layar tidak memberikan kontribusi positif, bahkan mengurangi perkembangan tersebut, dan waktu yang hilang tidak bisa dikembalikan.”
Contohnya, jika Anda membawa anak ke toko dan mereka mulai rewel dalam kereta belanja, memberikan mereka layar sebagai distraksi mungkin terasa praktis. Namun, dalam jangka panjang, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan regulasi, mengelola emosi, dan membangun fungsi eksekutif untuk melewati waktu tunggu.
Pemakaian layar sebagai cara untuk mengalihkan perhatian tidak membantu mengembangkan keterampilan kognitif dan sosial yang penting, yang akan mereka andalkan dalam hidup mereka. Sekali atau dua kali mungkin tidak menjadi masalah besar, tetapi penggunaan yang berulang kali akan memberikan dampak besar pada perkembangan mereka. Haidt mencatat bahwa banyak studi menemukan hubungan antara kecemasan dan masalah kesehatan mental lainnya, terutama pada remaja, dengan penggunaan layar yang berlebihan.
Studi menunjukkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan kognitif, bahasa, dan keterampilan lainnya, anak-anak perlu merasakan dunia secara langsung, melalui permainan atau interaksi dengan pengasuh. Paparan layar membuat mereka kurang terlibat dalam interaksi dan berpotensi menyebabkan keterlambatan dalam bahasa, kognitif, atau keterampilan sosial.
Studi lain menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah dengan waktu layar yang melebihi rekomendasi AAP menunjukkan perkembangan lebih rendah di area otak yang mendukung keterampilan bahasa dan literasi. Selain itu, semakin banyak waktu yang dihabiskan anak usia 1 tahun di depan layar, semakin besar kemungkinan mereka akan mengalami keterlambatan komunikasi dan pemecahan masalah di usia 2 hingga 4 tahun.
Berikut adalah beberapa tips dari Robertson tentang cara orang tua dapat mengurangi ketergantungan perangkat dengan anak-anak mereka.
Tetapkan Tujuan yang Jelas
Salah satu masalah yang terlihat oleh Robertson adalah “kurangnya perencanaan.” Ketika layar ada di mana-mana, baik dalam kereta belanja maupun di tangan Anda saat menggulir, sangat mudah untuk tanpa sadar membiarkan anak terpapar waktu layar yang berlebihan. Anda perlu mengambil keputusan yang sadar untuk membatasi paparan tersebut.
Dengan sedikit kreativitas, Anda bisa menghindari penggunaan layar dengan anak Anda. Misalnya, bawa tas berisi barang menarik seperti botol plastik, action figure, atau kertas dan krayon saat bepergian. “Ketika menunggu, beri mereka kesempatan untuk bermain dengan barang-barang kreatif itu. Anak-anak sering kali lebih tertarik pada benda sederhana seperti kotak karton daripada mainan mahal,” tambahnya.
Cobalah juga beberapa permainan sederhana yang dapat Anda inisiasi dalam situasi tertentu—seperti “Simon Says” atau permainan berburu warna saat di supermarket. Dan jangan lupakan buku, karena anak-anak menyukai pengulangan dan membangun rasa percaya diri lewat cerita yang mereka kenal.
Bantu Anak Menggunakan Layar untuk Tujuan Spesifik
Robertson tidak mengatakan agar Anda tidak pernah memperbolehkan anak menggunakan layar. Namun, penting untuk memastikan penggunaan layar dilakukan dengan cara yang bermanfaat.
Misalnya, saat Anda sedang sibuk memasak setelah hari kerja yang panjang, daripada membiarkan anak Anda mengganggu, aktifkan layar untuk mencari resep atau informasi yang mereka butuhkan. Ini tidak hanya menjaga mereka sibuk, tapi juga mendorong mereka menjadi pemikir kritis dan menggunakan teknologi sebagai alat, bukan sekadar hiburan.
Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com.
“
.